Lihat judul ini mengingatkanku kembali pada film sang pencerah dimana Luqman Sardi menjadi seorang aktor yang brilliantdi atas layar dalam memerankan aksinya. Dia mampu memukau jutaan pasang mata pecinta bioskop tanah air namun maksut tulisanku di sini bukan tentang Film tersebut melainkan mengenai hal lain tentang sebuah cara dimana seseorang mampu membuat kesan yang manis dalam hidupnya. WHATS??? Mungkinkah???
Banyak hal terkadang dalam hidup membuat kita melupakan akan diri kita sendiri tentang kekaguman pada orang lain yang selalu membuat kita terlihat biasa saja tanpa sebuah KELUAR BIASAAN ini membuat kita redup di antara sejuta lentera . Bahkan dimungkinkan pula kita merasa sendiri hidup di dunia ini merasa kesepian dan tidak mengenal hati kita lagi kapan kita mampu membangkitkan semangat ini terutama pada diri kita sendiri??
Alkisah beberapa tahun silam ada sebuah kerajaan zaman Baginda Harun Al Rasid zaman itu adalah zaman perkembangan pengetahuan di mana penghargaan tertinggi adalah bagi mereka yang mampu berkarya baik dalam sastra maupun menemukan sebuahinovasi baru berkat kecerdasannya. Hal inilah yang memacu tiap rakyatnya menjadi sebuah Traffic Machine Inovation dalam bidang pengetahuan Terkenal pula Abu Nawas sang Pencerdik sejati dan beberapa kisah humoris yang menjadi dongeng pengantar tidur diceritakan orang tua pada anak - anak mereka..
Ketika rakyat - rakyat istana tersebut berpacu dalam prestasi ada seorang tua renta yang hidup biasa - biasa saja sebagaiPEMASANG LENTERA. Kelebihan apa yang ia punya dalam usia menginjak 80Tahun?? Hidupnya sehari - hari bertugas menyalakan lentera sepanjang jalanan dari desa hingga Ujung jalanan istana yang menghabiskan waktu lebih dari 3Jam lamanya sejak matahari mulai terbenam untuk berjalan karena memang waktu itu listrik belum ada..
Namun ini yang menjadi penting HIKMAHNYA dia melakukan hal yang biasa - biasa saja. Namun karena kebiasaannya menjadi sebuah Obat yang mampu menjadi Tebaran Jejak Manfaat bagi Rakyat di negeri tersebut
Bayangkan bila tidak ada satupun lentera yang menyala di sepanjang jalan?? Apa jadinya kerajaan tersebut??
Benar sekali GELAP GULITA dan bagaikan KOTA MATI bila anda menjawabnya sperti ini...
Tak pernah lelah dan lepas waktu dari hari - kehari dalam masa baktinya di negeri tersebut dia terus menyalakan lenterasepanjang jalanan yang hampir di depan tiap rumah ada lentera .. dengan ikhlas walaupun hanya beberapa sen yang ia dapatkan dengan pekerjaannya ini.
Kemanakah abu Nawas pergi ketika dia tak ada di rumah malam hari? Orang tak kan pernah mampu menjawabnya namun berbeda cerita Bagi sang Penyala Lentera tersebut orang kan mampu mengetahui kemana dia pergi melalui lentera-lentera yang telah di nyalakannya sepanjang malam.. Bahkan ketika dia telah Meninggal pada usianya ke 90 Pun orang mengenalnya sebagai sang Penyala Lentera yang tak terlupakan karena sepeninggalnya jabatan tersebut tidak ada yang menggantikan.......Inilah harga sebuah kesederhanaan, Sebuah tanggung jawab dan komitmen pada Hal yang menurut dia biasa - biasa saja namun semua memberikan prestise Terima kasih yang tidak ternilai harganya bahkan ketika maut menjemputnya pula kenangan tentangnya takkan mati....
"HARIMAU MATI MENINGGALKAN BELANG DAN MANUSIA MATI MENINGGALKAN JEJAK"
Kadang dalam hidup kita melakukan hal biasa saja namun orang lain memandang kita dengan cara yang berbeda... Kemana kita mampu berbagi rasa Dan Sebuah Duplikasi kebiasaan yang baik tentu itu akan jadi Jejak yang amat berharga buat diri kita sendiridan orang lain.
Cerita ini didedidasikan bagi kawan - kawanku yang minder tentang cara hidupnya dan berusahalah untuk menjadi manusia sejati yang mengenal diri kita sendiri...
Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan Isi Komentar yang membangun